Minggu, 05 November 2017
GETARAN MEKANIK
GETARAN MEKANIKGETARAN BEBASGetaran bebas terjadi jika sistem berosilasi karena bekerjanya gaya yang ada dalam sistem itu sendiri (inherent), dan jika ada gaya luas yang bekerja. Sistem yang bergetar bebas akan bergerak pada satu atau lebih frekuensi naturalnya, yang merupakan sifat sistem dinamika yang dibentuk oleh distribusi massa dan kekuatannya. Semua sistem yang memiliki massa dan elastisitas dapat mengalami getaran bebas atau getaran yang terjadi tanpa rangsangan luar.
Sistem Massa Pegas
Prinsip D’Alembert
Suatu sistem dinamik dapat diseimbangkan secara statik dengan menambahkan gaya kayal yang dikenal dengan gaya inersia, dimana besarnya sama dengan massa dikali percepatan dengan arah melawan melawan arah percepatan.
Penyusunan persamaan diferensial gerak (PDG)
Jawab Persamaan Diferensial Gerak
Setiap benda dapat bergetar bebas, jika benda tersebut mempunyai massa (m) dan kekakuan (k) dengan frekuensi pribadi (wn)
Contoh pada sistem massa-balok
Balok ditumpu sederhana
Balok Kantilever
Balok ditumpu pegas
STATIKA PEGAS
Statika Pegas
Pegas apabila diberi beban akan mengalami perpendekkan/ lendutan, berdasarkan hukum aksi-reaksi, maka beban yang diberikan pada pegas sebanding dengan besarnya lendutan dikali dengan konstanta pegas.
Sistem Pegas Ekivalen
- Pegas disusun secara paralel
- Pegas disusun secara seri
PENGERTIAN GETARAN MEKANIK
PENGERTIAN GETARAN
GETARAN ADALAH GERAKAN BOLAK-BALIK DALAM SUATU INTERVAL WAKTU TERTENTU. GETARAN BERHUBUNGAN DENGAN GERAK OSILASI BENDA DAN GAYA YANG BERHUBUNGAN DENGAN GERAK TERSEBUT. SEMUA BENDA YANG MEMPUNYAI MASSA DAN ELASTISITAS MAMPU BERGETAR, JADI KEBANYAKAN MESIN DAN STRUKTUR REKAYASA (ENGINEERING) MENGALAMI GETARAN SAMPAI DERAJAT TERTENTU DAN RANCANGANNYA BIASANYA MEMERLUKAN PERTIMBANGAN SIFAT OSILASINYA.
PENTINGNYA BELAJAR GETARAN MEKANIK
— SALAH SATU TUJUAN BELAJAR GETARAN ADALAH MENGURANGI EFEK NEGATIF GETARAN MELALUI DESAIN MESIN YANG BAIK
— HAMPIR SEMUA ALAT GERAK MEMPUNYAI MASALAH GETARAN KARENA ADANYA KETIDAK SEIMBANGAN MEKANISME, CONTOHNYA :
- MECHANICAL FAILURES KARENA MATERIAL FATIGUE
- GETARAN DAPAT MENGAKIBATKAN KEAUSAN YANG LEBIH CEPAT
- DALAM PROSES MANUFAKTUR, GETARAN DAPAT MENYEBATKAN HASIL AKHIR YANG BURUK
— SELAIN EFEK YANG MERUSAK, GETARAN DAPAT DIGUNAKAN UNTUK HAL HAL YANG BERGUNA.
- GETARAN DIGUNAKAN DALAM CONVEYORS GETAR, MESIN CUCI, SIKAT GIGI ELEKTRIK.
- GETARAN JUGA DIGUNAKAN DALAM PILE DRIVING, VIBRATORY TESTING OF MATERIALS.
- GETARAN DIGUNAKAN UNTUK MENAIKAN EFISIENSI DARI PROSES PERMESINAN SEPERTI CASTING DAN FORGING.
PENGELOMPOKKAN GETARAN
— GETARAN BEBAS DAN PAKSA
— GETARAN TEREDAM DAN TAK TEREDAM
— GETARAN DETERMINISTIC DAN RANDOM
1. GETARAN BEBAS DAN GETARAN PAKSA
GETARAN BEBAS
GETARAN BEBAS TERJADI JIKA SISTEM BEROSILASI KARENA BEKERJANYA GAYA YANG ADA DALAM SISTEM ITU SENDIRI (INHERENT), DAN JIKA ADA GAYA LUAS YANG BEKERJA. SISTEM YANG BERGETAR BEBAS AKAN BERGERAK PADA SATU ATAU LEBIH FREKUENSI NATURALNYA, YANG MERUPAKAN SIFAT SISTEM DINAMIKA YANG DIBENTUK OLEH DISTRIBUSI MASSA DAN KEKUATANNYA. SEMUA SISTEM YANG MEMILIKI MASSA DAN ELASTISITAS DAPAT MENGALAMI GETARAN BEBAS ATAU GETARAN YANG TERJADI TANPA RANGSANGAN LUAR.
GETARAN PAKSA
GETARAN PAKSA ADALAH GETARAN YANG TERJADI KARENA RANGSANGAN GAYA LUAR, JIKA RANGSANGAN TERSEBUT BEROSILASI MAKA SISTEM DIPAKSA UNTUK BERGETAR PADA FREKUENSI RANGSANGAN. JIKA FREKUENSI RANGSANGAN SAMA DENGAN SALAH SATU FREKUENSI NATURAL SISTEM, MAKA AKAN DIDAPAT KEADAAN RESONANSI DAN OSILASI BESAR YANG BERBAHAYA MUNGKIN TERJADI. KERUSAKAN PADA STRUKTUR BESAR SEPERTI JEMBATAN, GEDUNG ATAUPUN SAYAP PESAWAT TERBANG, MERUPAKAN KEJADIAN MENAKUTKAN YANG DISEBABKAN OLEH RESONANSI. JADI PERHITUNGAN FREKUENSI NATURAL MERUPAKAN HAL YANG UTAMA.
2. GETARAN TEREDAM DAN TAK TEREDAM
DAMPING
— DALAM SYSTEM DYNAMIC BEKERJA DISSIPATIVE FORCES – FRICTION, STRUCTURAL RESISTANCES
— UMUMNYA, DAMPING DALAM STRUCTURAL SYSTEMS ADALAH KECIL DAN MEMPUNYAI EFEK YANG KECIL TERHADAP NATURAL FREKUENSI
— TETAPI, DAMPING MEMPUNYAI PENGARUH YANG BESAR DALAM MENGURANGI RESONANT PADA STRUCTURAL SYSTEM
3. GETARAN DETERMINISTIC DAN RANDOM
GETARAN DETERMINISTIC
SINYAL DISEBUT DETERMINISTIC, SELAMA HARGA DARI SINYAL DAPAT DIPREDIKSI.
GETARAN RANDOM
- TIDAK MEMILIKI SINYAL YANG PERIODIK MAUPUN HARMONIK
- HARGA DARI GETARAN RANDOM TIDAK DAPAT DI PREDIKSI
- TETAPI GETARAN RANDOM BISA DI GAMBARKAN SECARA STATISTIK
CARA MENENTUKAN PUTARAN KRITIS PADA POROS
Ketika suatu poros di beri putaran, maka akan selalu terjadi fenomena whirling. Whirling adalah keadaan dimana poros berputar akan mengalami defleksi yang besar akibat dari gaya sentrifugal yang di hasilkan oleh eksentrisitas massa poros. Fenomena whirling ini terlihat sebagai poros berputar pada sumbunnya, dan pada saat yang sama poros yang berdefleksi juga berputar relative mengelilingi sumbu poros.
Hal ini akan selalu terjadi, bahkan pada system sudah seimbang. Pada sistem yang seimbang, hal ini dapat di sebabkan oleh defleksi terjadi sampai keadaan seimbang yang berkaitan dengan kekakuan poros tercapai. Poros yang melewati putaran kritis lalu akan mencapai keadaan seimbang.
Kondisi yang dapat di terapkan untuk percobaan :
1) Jika pembebanan pada poros tersebut berada di tengah poros :
2) Jika pembebanan pada poros tersebut tidak tepat di tengah poros :
DAFTAR PUSTAKA :
http://agungnugroho-me.blogspot.co.id/2012/03/getaran-mekanik.html
Minggu, 01 Oktober 2017
Metologi penelitian
METODE PENELITIAN
Metodologi penelitian adalah proses atau cara ilmiah untuk mendapatkan data yang akan digunakan untuk keperluan penelitian. Metodologi juga merupakan analisis teoretis mengenai suatu cara atau metode. Penelitian merupakan suatu penyelidikan yang sistematis untuk meningkatkan sejumlah pengetahuan, juga merupakan suatu usaha yang sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban. Hakikat penelitian dapat dipahami dengan mempelajari berbagai aspek yang mendorong penelitian untuk melakukan penelitian. Setiap orang mempunyai motivasi yang berbeda, di antaranya dipengaruhi oleh tujuan dan profesi masing-masing. Motivasi dan tujuan penelitian secara umum pada dasarnya adalah sama, yaitu bahwa penelitian merupakan refleksi dari keinginan manusia yang selalu berusaha untuk mengetahui sesuatu. Keinginan untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan merupakan kebutuhan dasar manusia yang umumnya menjadi motivasi untuk melakukan penelitian.
Prinsip metodologi
Beberapa prinsip metodologi oleh beberapa ahli, di antaranya:
A. Rene Descartes
Dalam karyanya Discourse On Methoda, dikemukakan 6 (enam ) prinsip metodologi yaitu:
1. Membicarakan masalah ilmu pengetahuan diawali dengan menyebutkan akal sehat (common sense) yang pada umumnya dimiliki oleh semua orang.
Akal sehat menurut Descartes ada yang kurang, adapula yang lebih banyak memilikinya, namun yang terpenting adalah penerapannya dalam aktivitas ilmiah.
2. Menjelaskan kaidah-kaidah pokok tentang metode yang akan dipergunakan dalam aktivitas ilmiah maupun penelitian.
Descartes mengajukan 4 (empat) langkah atau aturan yang dapat mendukung metode yang dimaksud yaitu:
(a) Jangan pernah menerima baik apa saja sebagai yang benar, jika anda tidak mempunyai pengetahuan yang jelas mengenai kebenarannya. Artinya, dengan cermat hindari kesimpulan-kesimpulan dan pra konsepsi yang terburu-buru dan jangan memasukkan apapun ke dalam pertimbangan anda lebih daripada yang terpapar dengan begitu jelas sehingga tidak perlu diragukan lagi,
(b) Pecahkanlah setiap kesulitan anda menjadi sebanyak mungkin bagian dan sebanyak yang dapat dilakukan untuk mempermudah penyelesaiannya secara lebih baik.
(c) Arahkan pemikiran anda secara jernih dan tertib, mulai dari objek yang paling sederhana dan paling mudah diketahui, lalu meningkat sedikit demi sedikit, setahap demi setahap ke pengetahuan yang paling kompleks dan dengan mengandaikan sesuatu urutan bahkan di antara objek yang sebelum itu tidak mempunyai ketertiban baru.
(d) Buatlah penomoran untuk seluruh permasalahan selengkap mungkin, dan adakan tinjauan ulang secara menyeluruh sehingga anda dapat merasa pasti tidak suatu pun yang ketinggalan.
(e)Langkah yang digambarkan Descartes ini menggambarkan suatu sikap skeptis metodis dalam memperoleh kebenaran yang pasti.
3. Menyebutkan beberapa kaidah moral yang menjadi landasan bagi penerapan metode sebagai beriku:
(a) Mematuhi undang-undang dan adat istiadat negeri, sambil berpegang pada agama yang diajarkan sejak masa kanak-kanak.
(b) Bertindak tegas dan mantap, baik pada pendapat yang paling meyakinkan maupun yang paling meragukan.
(c) Berusaha lebih mengubah diri sendiri daripada merombak tatanan dunia.
4. Menegaskan pengabdian pada kebenaran yang acap kali terkecoh oleh indera. Kita memang dapat membayangkan diri kita tidak berubah namun kita tidak dapat membayangkan diri kita tidak bereksistensi, karena terbukti kita dapat menyangsikan kebenaran pendapat lain Oleh karena itu, kita dapat saja meragukan segala sesuatu, namun kita tidak mungkin meragukan kita sendiri yang sedang dalam keadaan ragu-ragu.
5. Menegaskan perihal dualisme dalam diri manusia yang terdiri atas dua substansi yaitu RESCOGITANS (jiwa bernalar) dan RES-EXTENSA (jasmani yang meluas). Tubuh (Res-Extensa) diibaratkan dengan mesin yang tentunya karena ciptaan Tuhan, maka tertata lebih baik. Atas ketergantungan antara dua kodrat ialah jiwa bernalar dan kodrat jasmani.Jiwa secara kodrat tidak mungkin mati bersama dengan tubuh. Jiwa manusia itu abadi.
B. Alfred Julesayer
Dalam karyanya yang berjudul Language, Truth and Logic yang terkait dengan prinsip metodologi adalah prinsip verifikasi. Terdapat dua jenis verifikasi yaitu:
1. Verifikasi dalam arti yang ketat (strong verifiable) yaitu sejauh mana kebenaran suatu proposisi (duga-dugaan) itu mendukung pengalaman secara meyakinkan
2. Verifikasi dalam arti yang lunak, yaitu jika telah membuka kemungkinan untuk menerima pernyataan dalam bidang sejarah (masa lampau) dan ramalan masa depan sebagai pernyataan yang mengandung makna
3. Ayer menampik kekhawatiran metafisika dalam dunia ilmiah, karena pernyataan-pernyataan metafisika (termasuk etika theologi) merupakan pernyataan yang MEANING LESS (tidak bermakna) lantaran tidak dapat dilakukan verifikasi apapun.
C. Karl Raimund Popper
K.R. Popper seorang filsuf kontemporer yang melihat kelemahan dalam prinsip verifikasi berupa sifat pembenaran (justification) terhadap teori yang telah ada. K.R. Popper mengajukan prinsip verifikasi sebagai berikut:
1. Popper menolak anggapan umum bahwa suatu teori dirumuskan dan dapat dibuktikan kebenarannya melalui prinsip verifikasi. Teori-teori ilmiah selalu bersifat hipotetis (dugaan sementara), tak ada kebenaran terakhir. Setiap teori selalu terbuka untuk digantikan oleh teori lain yang lebih tepat.
2. Cara kerja metode induksi yang secara sistematis dimulai dari pengamatan (observasi)secara teliti gejala (simpton) yang sedang diselidiki. Pengamatan yang berulang -ulang itu akan memperlihatkan adanya ciri-ciri umum yang dirumuskan menjadi hipotesis. Selanjutnya hipotesis itu dikukuhkan dengan cara menemukan bukti-bukti empiris yang dapat mendukungnya. Hipotesis yang berhasil dibenarkan (justifikasi) akan berubah menjadi hukum. K.R. Popper menolak cara kerja di atas, terutama pada asas verifiabilitas, bahwa sebuah pernyataan itu dapat dibenarkan berdasarkan bukti-bukti verifikasi pengamatan empiris.
3. K.R Popper menawarkan pemecahan baru dengan mengajukan prinsip falsifabilitas, yaitu bahwa sebuah pernyataan dapat dibuktikan kesalahannya. Maksudnya sebuah hipotesis, hukum, ataukah teori kebenarannya bersifat sementara, sejauh belum ada ditemukan kesalahan-kesalahan yang ada di dalamnya. Misalnya, jika ada pernyataan bahwa semua angsa berbulu putih melalui prinsip falsifiabilitas itu cukup ditemukan seekor angsa yang bukan berbulu putih (entah hitam, kuning, hijau, dan lain-lain), maka runtuhlah pernyataan tersebut. Namun apabila suatu hipotesis dapat bertahan melawan segala usaha penyangkalan, maka hipotesis tersebut semakin diperkukuh (CORROBORATI ON).
Karakteristik penelitian
1. Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh pengetahuan yang dapat menjawab berbagai pertanyaan-pertanyaan atau dapat memecahkan suatu permasalahan yang terdapat dalam batasan masalah.
2. Metodologi penelitian adalah pengetahuan yang mengkaji ketentuan mengenai metode-metode yang digunakan dalam penelitian.
3. Penelitian dan ilmu merupakan operasionalisasi dari metode yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan ilmiah.
Proses penelitian
1. Masalah penelitian penelitian mencakup: penemuan masalah dan pemecahan masalah tahap:identifikasi bidang permasalahan, pemilihan atau pemilihan pokok masalah dan perumusan masalah kajian teoretis menyusun kerangka teoretis yang menjadi dasar untuk menjawab masalah atau pertanyaan penelitian.
2. Pengujian fakta (data) mencakup: pemilihan, pengumpulan dan analisis fakta yang terkait dengan masalah yang diteliti data: sekumpulan fakta yang diperoleh melalui pengamatan (0bservasi) atau survei. kesimpulan merupakan hasil penelitian yang memberi feed back pada masalah atau pertanyaan penelitian.
Paradigma penelitian
Paradigma kuantitatif
a. Paradigma tradisional, positivis, eksperimental, empiris.
b. Menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistic.
c. Realitas bersifat objektif dan berdimensi tunggal.
d. Peneliti independen terhadap fakta yang diteliti.
e. Bebas nilai dan tidak bias.
f. Pendekatan deduktif.
g. Pengujian teori dan analisis kuantitatif.
Paradigma kualitatif
a. Pendekatan konstruktifis, naturalistis (interpretatif), atau perspektif postmodern.
b. Menekankan pada pemahaman mengenai masalah-masalah dalam kehidupan sosial berdasarkan kondisi realitas.
c. Realitas bersifat subjektif dan berdimensi banyak.
d. Peneliti berinteraksi dengan fakta yang diteliti.
e. Tidak bebas nilai dan bias.
f. Pendekatan induktif.
g. Penyusunan teori dengan analisis kualitatif.
Perbedaan paradigma kuantitatif dengan paradigma kualitatif
Perbedaan antara Paradigma Kuantitatif dengan Paradigma Kualitatif terletak pada asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian.Perbedaan selanjutnya akan memengaruhi strategi dan desain penelitian. Perbedaan asumsi tersebut di antaranya adalah sebagai berikut :
1. Hubungan peneliti dengan fakta yang diteliti menurut paradigma kuantitatif diasumsikan bersifat independen sehingga peneliti dapat menguji realitas fakta secara objektif, terbatas pada dimensi tunggal, bebeas nilai. Sebaliknya menurut asumsi paradigma kualitatif, penelitian berinteraksi dengan fakta yang diteliti sehingga lebih bersifat subjektif, tidak bebeas nilai,
2 Proses penelitian paradigma kuantitatif menggunakan pendekatan deduktif, sedangkan pada penelitian paradigma kualitatif menggunakan pendekatan induktif.
3. Paradigma kuantitatif menekankan pengujian teori dengan analisis kuantitatif dibandingkan pendekatan kualitatif yang memberikan tekanan pada penyusunan teori melalui pengungkapan fakta dengan analisis kualitatif.
Metode ilmiah
(Adam Smith merupakan Bapak Filsafat Pengetahuan)
Metode ilmiah adalah prosedur atau cara tertentu yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan yang disebut ilmu (pengetahuan ilmiah.[butuh rujukan] Tidak semua pengetahuan berupa ilmu, karena ilmu merupakan kriteria tertentu.[butuh rujukan] Cara untuk memperoleh pengetahuan dalam kajian filsafat dikenal dengan istilah epistemologi (filsafat pengetahuan).[butuh rujukan]
Karakteristik ilmu
Pengetahuan pada dasarnya merupakan hasil dari proses melihat, mendengar, merasakan, dan berpikir yang menjadi dasar manusia dan bersikap dan bertindak.[butuh rujukan] Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang memberikan penjelasan mengenai fakta atau fenomena alam (fakta yang benar atau umumnya bernilai benar).[butuh rujukan]Pengetahuan yang menjelaskan fenomena alam bermanfaat untuk memprediksi fenomena-fenomena alam. Pengetahuan yang terkandung yang dinilai dalam ilmu dinilai sebagai pengetahuan yang benar untuk menjawab masalah-masalah dalam kehidupan manusia.[butuh rujukan]
Jenis-jenis penelitian ilmiah
Penelitian dapat digolongkan / dibagi ke dalam beberapa jenis berdasarkan kriteria-kriteria tertentu, antara lain berdasarkan:
(1) Tujuan;
(2) Pendekatan;
(3) Tempat;
(4) Pemakaian atau hasil / alasan yang diperoleh;
(5) Bidang ilmu yang diteliti;
(6) Taraf Penelitian;
(7) Teknik yang digunakan;
(8) Keilmiahan;
(9) Spesialisasi bidang (ilmu) garapan.
Kriteria penelitian ilmiah
1. Dapat menyatakan tujuan dengan sejelas-jelasnya,[butuh rujukan]
2. Menggunakan landasan teoretis dan metode pengujian data yang relevan,[butuh rujukan]
3. Mengembangkan hipotesis yang dapat diuji dari telaah teoretis atau berdasarkan pengungkapan data,[butuh rujukan]
4. Telah mempunyai kemampuan untuk diuji ulang,[butuh rujukan]
5. Memilih data dengan tepat sehingga hasilnya dapat dipercaya,[butuh rujukan]
6. Menarik kesimpulan secara objektif,[butuh rujukan]
7. Melaporkan hasil secara parsimony,[butuh rujukan]
8. Hasil penelitian dapat digeneralisasi.[2]
Penelitian bisnis
Penelitian bisnis merupakan suatu proses pengumpulan dan analisis data yang sistematis dan objektif untuk membantu pembuatan keputusan dalam suatu bidang bisnis.[butuh rujukan]
Klasifikasi penelitian bisnis
Berdasarkan tujuan penelitian
1. Penelitian dasar (pengembangan & evaluasi konsep-konsep dasar)[butuh rujukan]
a. deduktif : menguji hipotesis melalui validasi teori, tipe: hopotesis a priori[butuh rujukan]
b. induktif : mengembangkan teori atau hipotesis melalui pengungkapan fakta[butuh rujukan]
2. Penelitian terapan (pemecahan masalah-masalah praktis)
a. penelitian evaluasi[butuh rujukan]
b. penelitian dan pengembangan[butuh rujukan]
c. penelitian aksi[butuh rujukan]
Berdasarkan karakteristik masalah
1. Penelitian historis[butuh rujukan]
2. Penelitian desktriptif[butuh rujukan]
3. Studi kasus lapangan[butuh rujukan]
4. Penelitian korelasional[butuh rujukan]
5. Kausal-komparatif[butuh rujukan]
6. Eksperimen[butuh rujukan]
Berdasarkan jenis data
1. Penelitian opini (opinion research)[butuh rujukan]
2. Penelitian empiris (empirical research)[butuh rujukan]
3. Penelitian arsip (archieval research)[butuh rujukan]
SUMBER :
https://id.wikipedia.org/wiki/Metodologi_penelitian
Langganan:
Komentar (Atom)
















